Buku dan Al-Qur'an yang berdebu

Kamis, Mei 21, 2015
Pagi ini. kala Fajar mulai menyingsing,
ada yang mengganggu pikiranku..sepanjang kakiku melangkah di perjalanan pulang ke Rumah.

ilustrasi -  Buku yang berdebu
source
Sesaat sebelum melangkah pulang dari Masjid, aku melihat sederetan buku terpajang di lemari yang terletak di pintu utama memasuki tempat shalat, ku hampiri, berdebu, seperti tidak pernah tersentuh berbulan-bulan, bisa jadi tersentuh hanya sekedar dibersihkan oleh pengurus masjid. banyak buku islami yang ditujukan untuk dibaca anak-anak dan remaja, tertata sedemikian rupa dengan karpet terbentang didepan lemari tersebut. Dan begitu juga buku-buku yang ada dilemari dekat dengan tempat shalat wanita (di bagian belakang) Lemari tersebut dulunya adalah tempat Al-Qur'an dan buku-buku islami berukuran besar dan tebal, disisinya tertumpuk tatakan-tatakan untuk membaca Al-Qur'an yang bertumpuk, kini seperti tidak lagi terurus. dan yang aku khawatirkan adalah tidak lagi digunakan.
  
salah satu lemari tempat rak buku di sisi shaf paling Belakang, berdebu
Dengan melihat hal seperti ini, terbesitlah banyak pertanyaan.

remaja lingkunganku mulai tidak berminat dengan kegiatan di masjid ?  
masihkah ada organisasi remaja masjid? 
apakah anak-anak kecil dan remaja di lingkunganku ini tidak suka membaca buku?
apakah masih ada kegiatan mengaji dengan bimbingan remaja masjid selesai shalat magrib?

semenjak aku tinggal dibekasi dan melaksanakan aktifitas kuliah disana, aku tidak mengetahui kabar di Masjid ini.

maka dengan melihat hal ini bisa berarti bahwa generasi setelahku, kemudian generasi selanjutnya, berkurang minatnya untuk menjalani kehidupan organisasi remaja di Masjid As-Salaam, dan untuk ikut serta dan menjadi bagian organisasi sudah tidak ada? Kemana Mereka?

Teringat Masa Kecilku di Masjid As-Salaam

Aku ingat, dulu di sudut shaf paling belakang itulah waktu aku masih kecil mengaji, bersama anak-anak seusiaku dan remaja yang dibimbing oleh kakak-kakak yang lebih tua usianya. termasuk kakak sepupuku, Abang Fadli (Uwi), bersama kak Sulaiman dan Kak Karna (Ust. Sukarna) selaku Marbot dan salah satu pengurus Masjid As-Salaam beserta Kakak-Kakak remaja perempuan lainnya.

Kehidupan Masjid saat generasiku sangat terasa, setiap sore hari sehabis pulang bermain bola di Universitas Negeri Jakarta, pulang kerumah dan mandi secepatnya yang penting jebyar jebyur + sabunan + jebyar jebyur lagi (mandi cowboy kalau kata orang rumah saat itu). secepatnya berpakaian mengambil sarung atau bercelana panjang, lari ke masjid karena sudah adzan magrib. semata mata tujuannya untuk bertemu lagi dengan teman-teman, diselingi dengan canda, dan saling bercerita, terkadang menjalani pekerjaan sampingan menjadi penjaga penitipan sendal dan sepatu di masjid, dan setelah ibadah Magrib selesai, kami semua berkumpul dipanggil oleh kakak-kakak remaja masjid As-Salaam saat itu untuk melaksanakan kegiatan mengaji, membaca IQRA dan Al-Qur'an. seisi masjid terdengar lantunan ayat-ayat, semua berkelompok kelompok dengan kakak pembinanya masing-masing. yang perempuan dengan kakak pembina perempuan. dan disetiap hari Kamis, selalu ada Yasinan sehabis ibadah Isya.

saat bulan Ramadhan tiba, masjidlah tempat kami berkumpul. terutama di saat Subuh dan saat Magrib. saat subuh setelah beribadah subuh, mendengarkan ceramah, mengaji bergantian setiap 5 ayat, setelahnya ada yang pulang, dan ada yang tertidur sebentar di halaman masjid kemudian pulang. saat Magrib, berkumpul untuk berbuka bersama, menikmati es buah yang disediakan pengurus masjid dan kurma gratis. kadang ada makanan yang lebih enak seperti gorengan yang disedekahkan warga sekitar untuk berbuka.

itulah sebagian sisi baiknya, tetapi, dibalik sisi baik tersebut, selalu ada sisi yang buruk. 

yaitu remaja yang usianya diatasku, dan juga sebayaku, kerap kali ikut tawuran di dalam lingkungan kampus UNJ, aku mengalaminya semenjak tahun 1999 (disuruh duduk di sisi gedung memegang sarung kakak sepupu) sambil melihat ke arah jauh didepan, terlihat semua melempar lempar batu, dan hampir setiap tahunnya setiap bulan ramadhan terjadi, bahkan sampai sekarang. tetapi semenjak kematian salah satu sahabat terbaikku di akhir tahun 2010 (tepat di malam tahun baru, saat itu aku bersama keluargaku di Bekasi). semua remaja di panggil ke Masjid, beserta remaja dari kampung lain (si pembunuh sudah tertangkap dan diamankan polisi, kabar terakhir menjadi gila karena kerapkali didatangi arwah Almarhum saat di dalam penjara) kami beserta remaja yang usianya lebih tua sudah tidak lagi bertawuran. akan tetapi yang sangat disayangkan adalah generasi setelahnya, kerap kali terjadi perkelahian di jalanan. dan selalu dari dulu, bukan kami yang memulai. tetapi karena kami diganggu maka kami melawan. mulai keluar dari pembahasan, kembali ke judul utama..

Mengenai buku dan Al-Qur'an yang berdebu

inilah yang paling membuatku khawatir. terasa betapa tidak berminatnya generasi muda untuk membaca buku, yang terlihat saat ini lebih senang berkumpul-kumpul dengan tujuan tidak jelas, lebih senang bermain dengan telepon genggam ditangannya, duduk di depan PC sambil menatap layar monitor dengan lama - lama, memantau aktifitas dunia maya, dan sebagainya. memang saat ini membaca buku tidaklah harus dengan membaca buku yang berbentuk fisik, berkat kemajuan teknologi terciptalah E-Book (electronic Book/Buku Digital). yang aku permasalahkan disini bukanlah hal tersebut, tetapi MINAT untuk MEMBACA BUKU. dan tidak membiarkan Buku tersebut Berdebu
sudah dari dulu Buku terbukti sebagai sumber ilmu. disana tertuang semua ilmu pengetahuan, fakta dan informasi, penceritaan pengalaman orang lain, penggambaran kisah hidup seseorang dalam sebuah karakter, ekspresi, emosi, hikmah, serta kebudayaan, dan sebagainya yang tentu mampu menjadi pelajaran orang lain yang membacanya. 
Dari deretan buku yang berjajar itu biasanya buku yang berdebu adalah yang jarang disentuh apalagi dibaca. Coba perhatikan buku-buku yang kita miliki di rak buku, kira-kira buku apakah yang berdebu? Semoga saja buku yang tak begitu penting saja yang berdebu. Sungguh merugi jika ternyata buku yang berdebu itu adalah Al-Qur’an. Buku panduan hidup yang terpenting yang kini seakan - akan tidak penting lagi bagi kebanyakan orang yang mengaku beragama islam.

Dan menurutku, Minat seseorang dalam Membaca Al-Qur'an sangat relevan dengan Minat "Membaca" Buku. Kalau membaca Buku saja tidak minat, apalagi membaca Kitab Suci Al-Qur'an, yang setiap ayatnya memiliki Arti dan isinya perlu dipahami.. Al-Qur'an adalah Petunjuk bagi hidup Manusia, yang perlu di tadabburi dan tafakkuri.

أَفَلا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا
Maka Apakah mereka tidak mentadabburi (merenungi) Al Quran ataukah hati mereka terkunci? (Muhammad : 4)
أَفَلا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلافًا كَثِيرًا
Maka Apakah mereka tidak mentadabburi (merenungi) Al Quran? Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya. (An-Nisa’: 82).
Bila memang buku itu tidak lah lagi menarik perhatian kita untuk dibaca, berikan kepada orang lain, sumbangkan buku tersebut.. itu lebih baik, dan untuk Al-Qur'an, tidaklah baik membiarkannya berdebu dan meletakan hanya sebagai pajangan.


“Bacalah oleh kalian Al-Qur`an. Karena ia (Al-Qur`an) akan datang pada Hari Kiamat kelak sebagai pemberi syafa’at bagi orang-orang yang rajin membacanya.” [HR. Muslim 804]

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.