Ketika Mantan Jagoan menjadi Imam

Kamis, Juni 29, 2017



Lone Man watch the sun - pexels.com

Iqomah.

Semua bangun dari duduknya, kemudian, semua mata saling melihat lalu tertuju ke arah belakang kepada Abah (Marbot) yang sudah menua. Abah menggeleng dan mengisyaratkan seorang bapak lainnya, tetapi beliau menolak karena baru saja selesai makan malam. saat itu majulah seorang pemuda, tegap badannya, ku kenali sosoknya, meski aku tidak benar mengenal dan mengetahui siapa namanya. yang ku tahu bahwa ia sebaya sepertemanan abang sepupuku, yang kini telah menikah dan pindah ke daerah bekasi... termasuk jagoan-jagoan senior jalan pemuda.

ini kali pertama aku melihatnya maju menjadi imam.
membaca ayat-ayat, suaranya merdu.
tetapi menyembunyikan sendu.

yang aku tahu.. bahwa..
bacaan ayat-ayat Al-Qur'an yang merdu dan sendu.
tidak bisa hadir dari hati yang keras tetapi hanya dari hati yang lembut.

yang lembut karena mengingat kematian, yang lembut karena sering menangis.
yang lembut merindukan pertemuan, kepada Sang Kekasih.
dan mereka yang dicintai (meski mereka telah pergi).
 


aku pernah mendengar tentangnya dari kakak sepupuku, bahwa abang yang menjadi imam ini sejak kecil sudah yatim piatu. pantas aku sering melihatnya berjalan kaki di arah pergi atau pulang TPU, setiap kali aku menuju ke TPU dengan kendaraanku. untuk melihat makam ayah dan kerabat-kerabatku. abang ini sepertinya rutin untuk berziarah ke makam kedua orang tuanya di TPU yang sama dengan TPU dimakamkannya anggota keluargaku. 

bagiku jarak antara jalan Pemuda satu dan TPU Kemiri itu lumayan jauh untuk ditempuh dengan berjalan kaki. soal berjalan kaki, yang kutahu itu adalah sunnah Rasulullah, sesuatu yang Beliau sukai. ya, Rasulullah SAW gemar berjalan kaki.

beberapa kali aku melihatnya, ia sering datang ke Masjid As-salaam memenuhi Panggilan di awal waktu, tetapi ketika iqomah selesai, mempersilahkan yang tua mengisi shaf di paling depan. 

sekiranya abang itu mengetahui, atau mungkin ia memang sudah mengetahui, bahwa mereka yang berada di shaf paling depan (dibelakang imam) adalah satu dari dua belas orang yang di do'akan oleh malaikat.

Sungguh, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda,

لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ مَا فِي النِّدَاءِ وَالصَّفِّ الْأَوَّلِ ثُمَّ لَمْ يَجِدُوا إِلَّا أَنْ يَسْتَهِمُوا عَلَيْهِ لَاسْتَهَمُوا

“Seandainya manusia mengetahui apa yang ada (yaitu keutamaan) di dalam seruan (adzan) dan shaf pertama, lalu mereka tidak bisa mendapatkan shaf tersebut kecuali dengan undian, sungguh mereka akan melakukan undian untuk mendapatkannya.” (HR. Bukhari 580).

bila benar ia mengetahui, lalu ia mempersilahkan orang lain.
terutama orang-orang tua untuk mengisi shaf paling depan...
secara tidak langsung ia telah menunjukan kedermawanan, 
menambahkan pembelajaranku tentang futuwwah.

pernah aku membaca, dalam buku Taman Kebenaran, yang merupakan terjemahan dari Rudhatu ath Thalibin wa 'Umdatu as-Salikin' karya Imam Al-Ghazali.

bahwa :
"Buah dari Zuhud adalah mendahulukan orang lain (itsar), sekaligus bentuk kedermawanan paling tinggi"

Masih terduduk, aku yang terharu, mendoa'akan.
semoga Allah senantiasa melimpahkan padamu nikmat dan kebaikan.
Terima kasih ya Allah, karena Engkau membawaku kesini
atas segala hal yang kucoba pahami ini.
aku yang telah lalai, aku yang mau kembali.
telah Engkau tunjukan sesuatu malam ini.

Jadikan aku jiwa yang ridha, atas segala yang telah Engkau tetapkan.
yang Engkau ambil dan berikan.

Ramadhan telah berlalu.
semoga yang Mencari-Mu selalu mendapat petunjuk-Mu.

29 Juni 2017
Rawamangun, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.