Semestinya Nasi Kuningku untuk anak itu
Di Perjalanan pulang bekerja.
perut terasa lapar tak biasanya
apa karena musim hujan telah tiba
membeli makanan diluar sudah biasa.
nasi ulam bang ipul
yang berlokasi,
di seberang Masjid Salman Al Farisi.
Hajiten lurusannya rawasari.
disaat menunggu baris antrian,
seorang ibu dan anaknya datang berdiri di belakang
tak sengaja terdengar percakapan,
bahwa si anak tidak mau nasi ulam, inginnya nasi kuning.
tiba giliranku..
karena pesananku sama
aku bertanya pada abangnya,
apakah nasi kuningnya masih ada...
anak tertua bang ipul melihat kedalam tempat nasinya,
dan berkata masih ada...
setelah nasi beserta lauk pauknya sudah terbungkus, dan membayar pesanan..aku segera menuju ke motor karena sudah tak tahan akan rasa kelaparan. dan kedinginan
sebelum pergi sambil melihat ke arah gerobak,
ternyata nasi kuning tersebut sudah tidak tersedia untuk gadis kecil itu
terbesit dalam batinku.. 'lah gimana abangnya, tadi katanya masih ada.'
sebentar saja, ibu dan anak itu tidak jadi membeli dan memilih pergi.
aku melihatnya sebentar, samar terdengar bisikan, "Sal, susul, Kasih makananmu ke anak dan ibu itu" lalu terdengar bisikan selanjutnya. "Sudah tidak usah sal, sudah jauh dan jangan melawan arah, lagi juga kamu kelaparan, anak ibu itu bisa menemukan makanan yang lain" . . . terdengar bisikan lagi yang lain... 'kalau kamu kasih makananmu, kamu gak bisa beli makanan lagi, kamu kan sudah gak pegang uang'
lalu aku memutuskan pergi.
karena ibu dan anak itu sudah tidak terlihat lagi.
sampai dikamarku, sebelum menyantap sebungkus nasi kuning itu, sambil merapihkan tumpukan buku yang kubeli beberapa hari lalu Ada satu buku di antara tumpukan buku di atas lemari yang menarik perhatianku..
buku bersampul Hijau, bertuliskan.. Taman Kebenaran.. karya Imam Al-Ghazali..
kulihat dan terbuka tepat di satu lembar, pandanganku fokus pada satu kalimat yang lama-lama terlihat semakin membesar...membuatku terdiam sebentar.
pribadi ZUHUD adalah pribadi yang mendahulukan kebaikan untuk orang lain daripada dirinya sendiri.blegar!, bagai petir menyambar.
aku terdiam malu. ingin rasanya menampar dan mencaci maki diriku.
bodohnya diriku, sangat kusesali itu.
setan telah menang dengan menakutiku. berhasil menghasutku.
kini dia tertawa - tawa... melihat aku yang merasa hina.
sementara... nasi kuning yang mulai kumakan, tak lagi terasa enaknya.
ya Allah.. ampuni aku.
apalagi takut kelaparan... sementara Jiwamu milik Allah yang Maha Dermawan |
Tidak ada komentar: