Yang Terkenang Ketika Tarawih Datang

Sabtu, Mei 27, 2017


Hari Pertama Tarawih 

Alhamdulillah hari ini adalah hari pertama tarawih. banyak orang tua, remaja, dan anak-anak berkumpul untuk beribadah di bulan yang istimewa.

sedikit terlambat datang setelah satu rakaat. aku mendapat tempat di barisan paling belakang. Dua bocah terkikih-kikih tertawa memasang muka lucu mencoba menggoda temannya. sampai akhirnya berhasil membuat temannya tersebut terkikih setelah mencoba menahan tawa.

kucoba memaklumi dua bocah tadi, karena dulu aku dan kelakuan teman-temanku pernah begitu. namanya juga masih anak anak. ketika shalat, ada yang bercanda, ada yang benar shalatnya, ada yang tenang karena didampingi bapaknya, iya, di depan sana aku melihat banyak anak kecil di dampingi bapaknya.

ketika shalat isya memasuki rakaat terakhir.

nafasku tersesak.
karena tiba-tiba saja aku teringat bapakku.
di masjid ini, dibarisan depan sana,
pernah kulantangkan takbir empat kali mengiringi kepergiannya.

....


Haruskah ada Tawuran setiap Bulan Ramadhan?


timbulah pertanyaan. tepat setelah waktu ibadah isya berakhir, sambutan dan ceramah singkat dari kak Karna, yang terkadang suaranya samar untuk jelas terdengar, karena riuhnya canda tawa anak-anak kecil di halaman depan masjid.

intinya bahwa saat-saat ini mudah sekali terjadi gesekan, alias perselisihan,dari hal kecil yang tidak segera di selesaikan menjadi hal besar. Ka Karna menceritakan bahwa baru-baru ini hampir terjadi perselisihan karena kesalahapahaman remaja khususnya remaja jalan Pemuda dengan remaja daerah lain. (yang biasanya ujung-ujungnya tawuran.). Alhamdulillah, syukurlah bisa segera diselesaikan.

Ka karna juga menghimbau kepada orang tua, khusunya kepada Ibu-Ibu yang mempunya anak remaja. untuk lebih memperhatikan pergaulan anaknya.

teruntuk sahabat kecilku, Dian Saputra. (Buyung) tidakkah 'mereka' belajar dari kepergianmu? 

aku masih ingat jelas saat itu dimana beberapa jam sebelum peristiwa naas itu, kita masih berkomunikasi sekedar mengabari dan di saat itu yang menyelamatkanku adalah Firasat Bapakku. yang memintaku untuk pulang ke rumah di Bekasi dan meninggalkan Rawamangun sementara waktu. jika saja saat itu aku berada disana, aku pasti akan meminta kita lebih baik kita pulang saja, yung.
.
.
dialog dalam diriku berhenti, fokusku kembali. 

sudah terdengar bacaan niat shalat tarawih yang menandakan bahwa shalat tarawih akan segera dimulai. Dengan bismillah, aku berdiri dan melangkah maju ke depan.




Anak Kecil dan Bapaknya.

bersujud.

pada saat rakaat ke empat.. mencoba berdiri dari posisi sujud, telapak kakiku menyentuh sesuatu, hampir saja aku menginjak tangan anak kecil yang berada dikakiku, untung segera ku majukan sedikit shafku, ternyata dibelakangku, ada anak kecil yang tidur-tiduran menunggu bapaknya.mungkin karena lelah menunggu dan bosan. selesainya, aku melirik sedikit kebelakang.

sang bapak dengan tegas dan lemah lembut.
meminta sang anak bersabar.

'sabar ya nak... bisik juga dalam batinku'
akupun berdo'a semoga si anak mampu bersabar.
karena jika menangis, tentu akan mengganggu kekhusukan shaf sekitar.

berlalulah rakaat demi rakaat..
bacaan al fatihah yang lembut tetapi maknanya begitu berat.
untuk hamba sepertiku yang kadang lalai dalam taat.
melihat seorang bapak dan anaknya membuatku teringat.

dalam setiap sujudku.
teringat kembali kenangan masa kecilku...
sesak di dada dan panasnya mataku.
sudah tak mampu membelenggu.

yang terkenang adalah betapa sabarnya dulu bapakku ketika mengajakku untuk ikut shalat tarawih bersamanya..

teringat disaat aku yang bergelayutan di tangannya.
mencoba naik memanjat punggungnya.
duduk di kepalanya,
merangkul kakinya.

merengek meminta pulang karena shalatnya terlalu lama.
kemudian ketiduran dan diriku digendongnya...

betapa sesaknya.
untuk menangis tanpa suara.
meringis menahan air mata.

setelah salam.
segera kuseka mata.
berharap tidak basah, ternyata iya.
seperti cairan pada hidung yang terus berusaha turun.

setelah bersalaman dengan lelaki disampingku.
ketika shalat di tutup dengan dzikir dan do'a bersama.

Dalam Lantunan “Laa ilaaha illallah"

air mataku mengalir...

berharap Allah mengampuniku,
apabila air mataku telah terjatuh bukan karena Allah.
tetapi karena kenangan dan rasa kehilangan bapakku.

Laa ilaaha illallah.
Tidak ada Tuhan selain Allah.

benarlah kematian' telah mengajarkan,
dan memperlihatkan jalanku menuju Dirimu ya Tuhan.
betapa aku mengharap ridhoMu agar kembali fitrah.

Iyyakana'budu wa iyya kanasta'in
Hanya kepadamulah kami menyembah.
dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.

semoga saat itu bukan aku saja satu-satunya pemuda.
yang pulang menunduk. bersungut-sungut, meneteskan air mata
karena dosa, dan juga kerinduan yang melanda
kepada mereka-mereka yang tercinta,
tiada terlihat lagi di dunia.

Ya Allah ya Rabbi.
Maafkan atas sedih berlebih hambamu ini.
semoga kami dipertemukan kembali.

(Shahri Ramadhan)
semoga aku bisa kembali.
ke Taman Kebenaran, Yang Maha Memiliki.

26-5-2017
Tarawih pertama. Masjid Asssalam.
 

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.